Dua-tiga minggu setelah tanggal gajian
biasanya menjadi masa-masa paceklik bagi banyak orang. Sebab dompet
sudah mulai menipis akibat pengeluaran berlebihan di awal. Kalau sudah
begini, rasanya mau ke mana-mana tidak enak sebab kantong sudah kering
kerontang. Untuk mencegah hal ini terjadi, saya melakukan pengaturan
keuangan yang sudah berjalan efektif selama empat bulan terakhir ini.
Berikut adalah tips “4B Anti Tongpes (kantong kempes) di Akhir Bulan”
ala saya.
1. Buat Perkiraan Pengeluaran dan Catat di Ponsel
Sebelum menerima gaji, saya selalu
membuat perkiraan pengeluaran bulan berikutnya. Kisaran pengeluaran
bulanan biasanya tidak jauh beda dengan jumlah pengeluaran bulan
sebelumnya. Yang biasanya saya catat pertama dalam agenda pengeluaran
adalah biaya operasional atau tagihan yang rutin saya bayarkan setiap
bulannya. Mulai dari biaya internet, pulsa bulanan smart phone dan
galaxy tab, transportasi dan biaya makan selama sebulan ngantor, hingga
biaya hiburan. Tidak lupa saya juga memberikan uang kepada mama saya
untuk sedikit membantu pengeluaran bulanan keluarga kami dan juga uang
kolekte untuk kebaktian setiap bulannya.
Semua itu saya catat dengan rapi, saya
bagi menjadi dua bagian. Untuk pengeluaran bulanan saya buat perkiraan
secara garis besarnya, sehingga saya bisa menghitung secara garis besar
berapa uang yang akan saya belanjakan selama sebulan ke depan. Sementara
itu, untuk pengeluaran harian juga saya catat setiap harinya di sebuah
agenda kecil. Biasanya saya menggunakan hape untuk mencatat uang yang
saya keluarkan setiap kali belanja. Di akhir hari, saya akan memindahkan
semua catatan di hape ke buku agenda pengeluaran saya tersebut.
Pengeluaran terkecil sekali pun, seperti sumbangan untuk pengamen dan
biaya parkir juga harus dicatat supaya di akhir bulan jumlah pengeluaran
dengan jumlah uang yang tersisa cocok (balanced).
2. Bukan Sisakan, tapi Sisihkan!
Makin banyaknya kebutuhan terkadang
membuat banyak orang berpikir bahwa menabung itu sangat sulit. Apalagi
yang gajinya pas-pasan dan ngekos alias tidak tinggal di rumah sendiri,
pasti pengeluarannya lebih besar. Kalau menabungnya baru dilakukan di
akhir bulan, sudah pasti sulit untuk menyetor ke rekening. Kemungkinan
besar di akhir bulan, uang yang ada sudah tinggal ’sisa-sisa perjuangan
menyambung hidup’ sampai hari gajian tiba. Saya menyiasatinya dengan
langsung menyetorkan uang ke rekening tabungan di bank. Tentunya,
setoran ini dilakukan setelah saya mengamankan uang untuk ongkos
operasional selama sebulan ke depan.
Rekening bank untuk menabung pun saya
pisah dari rekening gajian, sehingga uang tabungan dan uang saku selama
sebulan ke depan tidak tercampur. Agar tidak tergoda mengambil uang
tabungan, saya tidak membawa kartu ATM-nya. Bagi yang imannya lemah dan
hasrat belanjanya cukup tinggi, saya sarankan agar rekening tabungan
tidak dibuatkan kartu ATM-nya, sebab menarik uang memakai buku tabungan
sangat tidak keren dan pastinya tidak semudah bila memakai ATM. Ohya,
selain menabung di bank, saya juga menabung di celengan berbentuk
beruang dari bekas wadah cokelat yang saya taruh di atas meja kerja
saya. Di dada beruang itu saya tuliskan “BKK Bear” yang merupakan
singkatan dari Bangkok Bear. Itu destinasi wisatan impian saya tahun
depan. Memang, kalau menabung dengan celengan beruang kecil itu saja
saya tidak akan pernah berangkat ke Bangkok. Karena itu saya menabung di
bank. Namun kehadiran beruang itu di dekat saya selalu mengingatkan
saya untuk rajin menabung bila benar-benar ingin berwisata ke sana.
3. Bayar dengan Uang Pas
Pengeluaran-pengeluaran kecil tapi
sering dilakukan biasanya menjadi penyebab keborosan. Membeli permen,
menyumbang pengamen, bahkan membayar ongkos bus pun bisa membuat
pengeluaran membengkak. Lho kok bisa? Ya, sebab kita sering kali
meremehkan pengeluaran-pengeluaran kecil seperti itu sehingga tidak
sadar sudah berapa banyak uang yang kita habiskan. Triknya adalah
membayar dengan uang pas. Saya selalu menukarkan uang dalam jumlah
tertentu (yang besarnya sama dengan ongkos transportasi dan pengeluaran
tak terduga) dengan besaran Rp 2.000.
Dengan begini, saya tidak perlu memecah
uang bernominal besar sehingga apa yang saya bayarkan bisa tepat guna.
Memakai uang recehan juga berguna untuk mengerem naluri belanja saya.
Selama memakai uang recehan Rp 2.000-an saya tidak pernah berani untuk
membeli barang-barang yang harganya lebih dari Rp 10.000, sebab malu
rasanya kalau harus membayar dengan lembaran-lembaran uang yang banyak.
Rasanya seperti kernet bus yang panen penumpang, he he he…
4. Belanja menjelang Gajian
Sehabis gajian, sering kali kita memberi
kelonggaran pada diri sendiri untuk makan siang di restoran yang mahal
atau membeli banyak buku dan DVD film (ini godaan terbesar saya!) atau
beberapa potong baju baru (biasanya teman-teman kantor saya yang sulit
menahan godaan ini). Minggu pertama gajian memang terasa indah, sebab
dompet masih tebal. Tapi kalau keburu konsumtif, maka di akhir bulan
kita hanya bisa gigit jari dan sibuk menghitung hari jelang gajian.
Berhubung saya nggak mau itu terjadi, saya mengubah pola belanja saya.
Bila dulu saya belanja di awal gajian,
kini saya belanja di minggu terakhir sebelum gajian. Ini membuat saya
tidak merasa bersalah ketika harus mengeluarkan uang, sebab uang saya
sesuai dengan anggaran belanja dan pengeluaran yang saya buat di awal.
Selain itu, minggu depannya saya sudah memperoleh gaji bulan berikutnya,
sehingga saya bisa bernafas lega saat belanja. Lagipula, tak akan lari
buku dan DVD film dikejar bila saya hanya menunda membelinya selama
dua-tiga minggu, kan?
Mengatur uang memang tidak mudah, namun
juga tidak sulit bila kita Sekian empat tips mengelola uang
bulanan dari saya. Semoga berguna bagi yang membaca :)http://lifestyle.kompasiana.com/
Cara Sederhana Menyusun Anggaran
Agar
pengelolaan keuangan keluarga Anda lebih terencana, Anda perlu menyusun
anggaran alias rancangan budget. Dari sini Anda bisa melihat dengan
rinci lalu lintas keuangan Anda: pemasukan dan pengeluaran. Berikut ini
adalah step-by-step menyusun anggaran secara sederhana:
Tahap 1: Kelola gaji atau penghasilan Anda. Bila Anda dan suami bekerja atau punya usaha, maka penghasilan Anda berdua adalah pemasukan keluarga. Masukkan juga pemasukan dari bukan gaji (rutin), seperti bisnis sampingan, hasil jual-beli properti, dividen saham, bunga deposito dan lainnya.
Tahap 2: Datalah semua pengeluaran sebulan
mulai dari pengeluaran rumah tangga sampai keperluan anak dan diri
sendiri: listrik, telepon, transportasi (termasuk suku cadang, servis,
bensin), anak (uang sekolah, ongkos dan lainnya), pekerja (pengasuh,
pembantu, sopir). Jangan lupa memasukkan cicilan hutang (kredit mobil
dan KPR), biaya kesehatan, dana untuk pribadi (keperluan diri sendiri
dan pasangan).
Tahap 3: Masukkan ke daftar pengeluaran Anda sejumlah uang untuk dana darurat. Ini penting karena dalam keadaan genting, Anda harus bisa menjamin keluarga tetap dapat menjalani hidup dengan layak dari dana ini. Tak kalah penting adalah sejumlah uang untuk ditabung dalam pengeluaran Anda.
Tahap 4: Setelah menghitung jumlah penghasilan dan pengeluaran, hitunglah sisanya. Jika masih ada sisa yang cukup, berarti keuangan keluarga Anda sehat. Waspada bila ternyata keuangan Anda menunjukkan saldo negatif. Pola keuangan kita seringkali memang cukup memalukan untuk diakui. Pendapat Anda kurang?! Belum tentu! Menurut, ahli perencana keuangan Ligwina Hananto, "It's not about how much you earn, but how much you spend". Terdengar sangat akrab dengan situasi Anda?!
Mengatur Pos Pengeluaran dan Tabungan
Tanya: Bagaimana merancang keuangan keluarga agar tiap bulan tidak hanya habis untuk pengeluaran bulanan, tapi bisa juga disisihkan untuk ditabung dan investasi?
Jawab: Pertama, kita harus punya anggaran dulu. Kalau kita tidak tahu ke mana perginya uang setiap bulan, tentu kita tidak bisa mengendalikan uang tersebut. Ada 4 kategori besar pos pengeluaran setiap bulan. (1) Menabung atau Investasi Rutin, (2) Cicilan, (3) Pengeluaran Rutin, (4) Pengeluaran Lifestyle/Pribadi. Untuk membuat anggarannya, catat hal ini:
Pertama, jangan
tunggu "sisa" setiap bulan untuk menabung atau investasi –mulailah
dengan komitmen menabung atau investasi secara tetap. Bukan jumlah
nominal yang jadi target, tetapi presentasenya. Potong dulu 10%-30% dari
penghasilan –begitu Anda menerimanya– alokasikan untuk tabungan atau
investasi. Dengan cara ini, berapa pun besarnya gaji/penghasilan, jika
jumlahnya meningkat setiap tahun, besarnya komitmen bisa ditingkatkan.
Kedua, tetapkan tujuan finansial. Bisa dari pengeluaran lifestyle seperti tujuan beli tas, atau langsung tujuan primer, seperti dana pendidikan. Ini penting karena menentukan arah. Saat menabung/investasi tanpa tujuan finansial, kita akan kehilangan arah dan mulai sabotase upaya menabung.
Ketiga, catat ini: There's no such thing as "pengeluaran tak terduga". Jadi, anggarkan semuanya. Supaya bila misalnya ada kerabat yang menikah, sudah memang ada dana untuk hadiah. Bisa juga dengan menyiapkan “Dana Darurat” –bila ada kondisi yang benar-benar darurat, sehingga tidak akan mengganggu pos pengeluaran bulanan yang sudah disusun rapi.
Kedua, tetapkan tujuan finansial. Bisa dari pengeluaran lifestyle seperti tujuan beli tas, atau langsung tujuan primer, seperti dana pendidikan. Ini penting karena menentukan arah. Saat menabung/investasi tanpa tujuan finansial, kita akan kehilangan arah dan mulai sabotase upaya menabung.
Ketiga, catat ini: There's no such thing as "pengeluaran tak terduga". Jadi, anggarkan semuanya. Supaya bila misalnya ada kerabat yang menikah, sudah memang ada dana untuk hadiah. Bisa juga dengan menyiapkan “Dana Darurat” –bila ada kondisi yang benar-benar darurat, sehingga tidak akan mengganggu pos pengeluaran bulanan yang sudah disusun rapi.
http://www.ayahbunda.co.id
Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga
Masalah
keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di
tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si
kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah
masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?
“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara Ayahbunda beberapa waktu lalu. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan.
Ligwina memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1. Pahami portfolio keuangan keluarga Anda. Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2. Susun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”. Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4. Hindari hutang. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5. Meminimalkan belanja konsumtif. Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6. Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7. Menabung, menabung, menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8. Berinvestasilah! Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!
“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara Ayahbunda beberapa waktu lalu. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan.
Ligwina memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1. Pahami portfolio keuangan keluarga Anda. Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2. Susun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”. Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4. Hindari hutang. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5. Meminimalkan belanja konsumtif. Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6. Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7. Menabung, menabung, menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8. Berinvestasilah! Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!
UINVEST
sebagai perusahaan yang mengelola bisnis - bisnis real di eropa
memberikan kesempatan bagi kita untuk ikut bergabung dan menjadi mitra
bisnis sekaligus menjadi bagian pemilik saham perusahaan yang terdaftar
di UINVEST Tempat Sangat tepat untuk berinvestasi dan pengelolaan dana yang benar - benar menghasilkan untuk tambahan penghasilan bulanan anda
No comments:
Post a Comment