http://riadyawan.files.wordpress.com/2009/02/coba-aurora-animasi.gif If you are a business owner looking for investments in your business, or an investor seeking an opportunity to gain profits from risk-free investments, then Uinvest is the right place to realize you goals. We connect businesses and investments with one click!"

Thursday, October 11, 2012

Anti Tongpes di Akhir Bulan

Dua-tiga minggu setelah tanggal gajian biasanya menjadi masa-masa paceklik bagi banyak orang. Sebab dompet sudah mulai menipis akibat pengeluaran berlebihan di awal. Kalau sudah begini, rasanya mau ke mana-mana tidak enak sebab kantong sudah kering kerontang. Untuk mencegah hal ini terjadi, saya melakukan pengaturan keuangan yang sudah berjalan efektif selama empat bulan terakhir ini. Berikut adalah tips “4B Anti Tongpes (kantong kempes) di Akhir Bulan” ala saya.
1. Buat Perkiraan Pengeluaran dan Catat di Ponsel
Sebelum menerima gaji, saya selalu membuat perkiraan pengeluaran bulan berikutnya. Kisaran pengeluaran bulanan biasanya tidak jauh beda dengan jumlah pengeluaran bulan sebelumnya. Yang biasanya saya catat pertama dalam agenda pengeluaran adalah biaya operasional atau tagihan yang rutin saya bayarkan setiap bulannya. Mulai dari biaya internet, pulsa bulanan smart phone dan galaxy tab, transportasi dan biaya makan selama sebulan ngantor, hingga biaya hiburan. Tidak lupa saya juga memberikan uang kepada mama saya untuk sedikit membantu pengeluaran bulanan keluarga kami dan juga uang kolekte untuk kebaktian setiap bulannya.
Semua itu saya catat dengan rapi, saya bagi menjadi dua bagian. Untuk pengeluaran bulanan saya buat perkiraan secara garis besarnya, sehingga saya bisa menghitung secara garis besar berapa uang yang akan saya belanjakan selama sebulan ke depan. Sementara itu, untuk pengeluaran harian juga saya catat setiap harinya di sebuah agenda kecil. Biasanya saya menggunakan hape untuk mencatat uang yang saya keluarkan setiap kali belanja. Di akhir hari, saya akan memindahkan semua catatan di hape ke buku agenda pengeluaran saya tersebut. Pengeluaran terkecil sekali pun, seperti sumbangan untuk pengamen dan biaya parkir juga harus dicatat supaya di akhir bulan jumlah pengeluaran dengan jumlah uang yang tersisa cocok (balanced).
2. Bukan Sisakan, tapi Sisihkan!
Makin banyaknya kebutuhan terkadang membuat banyak orang berpikir bahwa menabung itu sangat sulit. Apalagi yang gajinya pas-pasan dan ngekos alias tidak tinggal di rumah sendiri, pasti pengeluarannya lebih besar. Kalau menabungnya baru dilakukan di akhir bulan, sudah pasti sulit untuk menyetor ke rekening. Kemungkinan besar di akhir bulan, uang yang ada sudah tinggal ’sisa-sisa perjuangan menyambung hidup’ sampai hari gajian tiba. Saya menyiasatinya dengan langsung menyetorkan uang ke rekening tabungan di bank. Tentunya, setoran ini dilakukan setelah saya mengamankan uang untuk ongkos operasional selama sebulan ke depan.
Rekening bank untuk menabung pun saya pisah dari rekening gajian, sehingga uang tabungan dan uang saku selama sebulan ke depan tidak tercampur. Agar tidak tergoda mengambil uang tabungan, saya tidak membawa kartu ATM-nya. Bagi yang imannya lemah dan hasrat belanjanya cukup tinggi, saya sarankan agar rekening tabungan tidak dibuatkan kartu ATM-nya, sebab menarik uang memakai buku tabungan sangat tidak keren dan pastinya tidak semudah bila memakai ATM. Ohya, selain menabung di bank, saya juga menabung di celengan berbentuk beruang dari bekas wadah cokelat yang saya taruh di atas meja kerja saya. Di dada beruang itu saya tuliskan “BKK Bear” yang merupakan singkatan dari Bangkok Bear. Itu destinasi wisatan impian saya tahun depan. Memang, kalau menabung dengan celengan beruang kecil itu saja saya tidak akan pernah berangkat ke Bangkok. Karena itu saya menabung di bank. Namun kehadiran beruang itu di dekat saya selalu mengingatkan saya untuk rajin menabung bila benar-benar ingin berwisata ke sana.
3. Bayar dengan Uang Pas
Pengeluaran-pengeluaran kecil tapi sering dilakukan biasanya menjadi penyebab keborosan. Membeli permen, menyumbang pengamen, bahkan membayar ongkos bus pun bisa membuat pengeluaran membengkak. Lho kok bisa? Ya, sebab kita sering kali meremehkan pengeluaran-pengeluaran kecil seperti itu sehingga tidak sadar sudah berapa banyak uang yang kita habiskan. Triknya adalah membayar dengan uang pas. Saya selalu menukarkan uang dalam jumlah tertentu (yang besarnya sama dengan ongkos transportasi dan pengeluaran tak terduga) dengan besaran Rp 2.000.
13490809891442677139
Biasakan membayar hal-hal kecil dengan uang pas (dok. @dearmarintan)
Dengan begini, saya tidak perlu memecah uang bernominal besar sehingga apa yang saya bayarkan bisa tepat guna. Memakai uang recehan juga berguna untuk mengerem naluri belanja saya. Selama memakai uang recehan Rp 2.000-an saya tidak pernah berani untuk membeli barang-barang yang harganya lebih dari Rp 10.000, sebab malu rasanya kalau harus membayar dengan lembaran-lembaran uang yang banyak. Rasanya seperti kernet bus yang panen penumpang, he he he…
4. Belanja menjelang Gajian
Sehabis gajian, sering kali kita memberi kelonggaran pada diri sendiri untuk makan siang di restoran yang mahal atau membeli banyak buku dan DVD film (ini godaan terbesar saya!) atau beberapa potong baju baru (biasanya teman-teman kantor saya yang sulit menahan godaan ini). Minggu pertama gajian memang terasa indah, sebab dompet masih tebal. Tapi kalau keburu konsumtif, maka di akhir bulan kita hanya bisa gigit jari dan sibuk menghitung hari jelang gajian. Berhubung saya nggak mau itu terjadi, saya mengubah pola belanja saya.
Bila dulu saya belanja di awal gajian, kini saya belanja di minggu terakhir sebelum gajian. Ini membuat saya tidak merasa bersalah ketika harus mengeluarkan uang, sebab uang saya sesuai dengan anggaran belanja dan pengeluaran yang saya buat di awal. Selain itu, minggu depannya saya sudah memperoleh gaji bulan berikutnya, sehingga saya bisa bernafas lega saat belanja. Lagipula, tak akan lari buku dan DVD film dikejar bila saya hanya menunda membelinya selama dua-tiga minggu, kan?
Mengatur uang memang tidak mudah, namun juga tidak sulit bila kita Sekian empat tips mengelola uang bulanan dari saya. Semoga berguna bagi yang membaca :)http://lifestyle.kompasiana.com/


Cara Sederhana Menyusun Anggaran
Agar pengelolaan keuangan keluarga Anda lebih terencana, Anda perlu menyusun anggaran alias rancangan budget. Dari sini Anda bisa melihat dengan rinci lalu lintas keuangan Anda: pemasukan dan pengeluaran. Berikut ini adalah step-by-step menyusun anggaran secara sederhana:

Tahap 1: Kelola gaji atau penghasilan Anda. Bila Anda dan suami bekerja atau punya usaha, maka penghasilan Anda berdua adalah pemasukan keluarga. Masukkan juga pemasukan dari bukan gaji (rutin), seperti bisnis sampingan, hasil jual-beli properti, dividen saham, bunga deposito dan lainnya.

Tahap 2: Datalah semua pengeluaran sebulan mulai dari pengeluaran rumah tangga sampai keperluan anak dan diri sendiri: listrik, telepon, transportasi (termasuk suku cadang, servis, bensin), anak (uang sekolah, ongkos dan lainnya), pekerja (pengasuh, pembantu, sopir). Jangan lupa memasukkan cicilan hutang (kredit mobil dan KPR), biaya kesehatan, dana untuk pribadi (keperluan diri sendiri dan pasangan).

Tahap 3: Masukkan ke daftar pengeluaran Anda sejumlah uang untuk dana darurat. Ini penting karena dalam keadaan genting, Anda harus bisa menjamin keluarga tetap dapat menjalani hidup dengan layak dari dana ini. Tak kalah penting adalah sejumlah uang untuk ditabung dalam pengeluaran Anda.

Tahap 4: Setelah menghitung jumlah penghasilan dan pengeluaran, hitunglah sisanya. Jika masih ada sisa yang cukup, berarti keuangan keluarga Anda sehat. Waspada bila ternyata keuangan Anda menunjukkan saldo negatif. Pola keuangan kita seringkali memang cukup memalukan untuk diakui. Pendapat Anda kurang?! Belum tentu! Menurut, ahli perencana keuangan Ligwina Hananto, "It's not about how much you earn, but how much you spend". Terdengar sangat akrab dengan situasi Anda?!

Mengatur Pos Pengeluaran dan Tabungan
Bagaimana merancang keuangan keluarga agar tiap bulan tidak hanya habis untuk pengeluaran bulanan, tapi bisa juga disisihkan untuk ditabung? Ligwina Hananto, Konsultan perencana keuangan, pendiri dan CEO Quantum Magna Financial yang selalu aktif dan ‘berisik’ pada keinginannya untuk menyehatkan keuangan keluarga kelas menengah Indonesia akan menjawab pertanyaan ini untuk Anda.

Tanya: Bagaimana merancang keuangan keluarga agar tiap bulan tidak hanya habis untuk pengeluaran bulanan, tapi bisa juga disisihkan untuk ditabung dan investasi?

Jawab: Pertama, kita harus punya anggaran dulu. Kalau kita tidak tahu ke mana perginya uang setiap bulan, tentu kita tidak bisa mengendalikan uang tersebut. Ada 4 kategori besar pos pengeluaran setiap bulan. (1) Menabung atau  Investasi Rutin, (2) Cicilan, (3) Pengeluaran Rutin, (4) Pengeluaran Lifestyle/Pribadi. Untuk membuat anggarannya, catat hal ini: 

Pertama, jangan tunggu "sisa" setiap bulan untuk menabung atau investasi –mulailah dengan komitmen menabung atau investasi secara tetap. Bukan jumlah nominal yang jadi target, tetapi presentasenya. Potong dulu 10%-30% dari penghasilan –begitu Anda menerimanya–  alokasikan untuk tabungan atau investasi. Dengan cara ini, berapa pun besarnya gaji/penghasilan, jika jumlahnya meningkat setiap tahun, besarnya komitmen bisa ditingkatkan.

Kedua, tetapkan tujuan finansial. Bisa dari pengeluaran lifestyle seperti tujuan beli tas, atau langsung tujuan primer, seperti dana pendidikan. Ini penting karena menentukan arah. Saat menabung/investasi tanpa tujuan finansial, kita akan kehilangan arah dan mulai sabotase upaya menabung.       

Ketiga, catat ini: There's no such thing as "pengeluaran tak terduga". Jadi, anggarkan semuanya. Supaya bila misalnya ada kerabat yang  menikah, sudah memang ada dana untuk hadiah. Bisa juga dengan menyiapkan “Dana Darurat” –bila ada kondisi yang benar-benar darurat, sehingga tidak akan mengganggu pos pengeluaran bulanan yang sudah disusun rapi.
 http://www.ayahbunda.co.id


Cara Sederhana Mengelola Keuangan Keluarga
Masalah keuangan adalah hal yang umum dialami keluarga muda, apalagi di tahun-tahun pertama menjalani kehidupan berumahtangga. Belum lagi si kecil tak lama kemudian hadir di tengah Anda dan pasangan. Benarkah masalahnya terletak dari besar-kecilnya pendapatan keluarga?

“Seringkali masalahnya bukan terletak pada penghasilan yang kurang, tapi kebiasaan yang salah dalam mengelola uang,” ungkap Ligwina Hananto, ahli perencanan keuangan dalam sebuah acara Ayahbunda beberapa waktu lalu. Ternyata, dalam kenyataan, seorang ayah yang berpenghasilan ratusan juta rupiah bisa mengalami shock ketika menemukan uangnya tinggal Rp. 500.000,00 sebelum akhir bulan.

Ligwina memberikan beberapa kunci untuk mengelola keuangan secara sederhana:
1.    Pahami portfolio keuangan keluarga Anda. Jangan sampai Anda tak tahu isi tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa dokter dan lainnya. Anda harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank atau cicilan rumah dan mobil.
2.    Susun rencana keuangan atau anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu Anda bersikap obyektif soal pengeluaran yang berlebihan. Tak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan pergi ke salon, spa atau clubbing. Yang penting, anggarkan jumlah yang realistis dan Anda pun harus patuh dengan anggaran tersebut.
3.    Pikirkan lebih seksama pengertian antara “butuh” dan “ingin”. Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Buatlah daftar berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan. Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan” dengan tanda cek (V). Dari sini pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang perlu Anda beli/penuhi atau tidak.
4.    Hindari hutang. Godaan untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah Anda membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif.
5.    Meminimalkan belanja konsumtif. Bertemu teman lama untuk bertukar pikiran di kafe terkadang memang perlu, tapi tak berarti Anda harus melakukannya di setiap Jumat sore. Anda bisa gunakan pengeluaran ini untuk menabung atau memenuhi kebutuhan lain.
6.    Tetapkan tujuan atau cita-cita finansial. Susun target keuangan yang ingin Anda raih secara berkala, bersama pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan ini membantu Anda lebih fokus merancang keuangan. Misalnya, bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan sebagainya.
7.    Menabung, menabung, menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir. Segera setelah menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah Anda rencanakan sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga Anda. Sebaiknya, Anda memiliki rekening terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari.
8.    Berinvestasilah! Tentu Anda tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung. Padahal cita-cita Anda untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk juga memikirkan investasi. Kini bentuknya macam-macam. Takut akan risiko investasi?! Tak perlu khawatir, Anda hanya perlu belajar pada ahlinya. Konsultasikan keuangan Anda dengan ahli keuangan yang handal!   
 
 
UINVEST sebagai perusahaan yang mengelola bisnis - bisnis real di eropa memberikan kesempatan bagi kita untuk ikut bergabung dan menjadi mitra bisnis sekaligus menjadi bagian pemilik saham perusahaan yang terdaftar di UINVEST Tempat Sangat tepat untuk berinvestasi dan pengelolaan dana yang benar - benar menghasilkan untuk tambahan penghasilan bulanan anda
 

No comments:

Post a Comment