Di milis Money Magnet baru-baru ini ramai dibahas mengenai memaafkan
dan melupakan. Ada yang mengalami suatu pengalaman yang menyakitkan dan
merasa sulit untuk memaafkan. Ada yang merasa sudah memaafkan namun kok
nggak bisa melupakan. Apakah memaafkan sama dengan melupakan?
Saya menjelaskan mengenai efek dan khasiat memaafkan di artikel
Forgiveness is The True Healer. Ini adalah artikel yang saya posting di
web saya beberapa waktu lalu.
Bagaimana sih kok kita ini sampai bisa punya masalah, khususnya yang berhubungan dengan emosi negatif?
Sebenarnya semua emosi itu positif. Namun untuk memudahkan penjelasan
maka saya “mengkategorikan” emosi seperti marah, kecewa, dendam, benci,
terluka, sakit hati, perasaan bersalah, takut, cemas, khawatir, dan
kawan-kawannya sebagai emosi negatif. Emosi negatif adalah emosi yang
bila kita rasakan atau alami akan sangat mengganggu kita.
Pertanyaannya sekarang adalah, “Dari manakah sebenarnya emosi ini?”
Emosi muncul sebagai hasil dari suatu pemaknaan. Setiap kejadian
adalah netral. Tidak ada kejadian yang baik atau jelek. Semua bergantung
pada diri kita sendiri. Kita memberikan makna pada kejadian itu
berdasarkan persepsi kita. Persepsi dipengaruhi oleh belief system kita. Jadi, ujung-ujungnya sebenarnya bicara soal belief system atau sistem kepercayaan.
Nah, begitu kita memberikan makna pada suatu kejadian atau peristiwa
maka emosi yang muncul bisa berupa emosi positif, emosi negatif, atau
netral.
Lalu, bagaimana kita bisa melupakan dan memaafkan, atau memaafkan dan melupakan?
Pertama, yang perlu diluruskan adalah kita bisa memaafkan namun kita
tidak akan bisa melupakan. Semua yang pernah kita alami tersimpan di
memori di pikiran bawah sadar kita. Yang kita lakukan, khususnya
hipnoterapis, adalah menetralisir emosi negatif dengan teknik terapi
tertentu. Selama emosi negatif ini tidak berhasil dinetralisir maka kita
akan selalu diganggu oleh memori tersebut. Memori ini kadang muncul,
kadang hilang. Nanti muncul lagi, lalu hilang lagi. Demikian seterusnya.
Sebelum saya teruskan, ada yang perlu saya jelaskan mengenai memori.
Memori adalah data yang disimpan di pikiran bawah sadar kita. Data ini
berisi beberapa hal yang berhubungan dengan suatu kejadian atau
peristiwa, antara lain:
1. Waktu terjadinya
2. Lokasi kejadian
3. Siapa saja yang terlibat
4. Gambar/image
5. Suara
6. Bau
7. Rasa
8. Sensasi perabaan
9. EMOSI.
Yang membuat masalah sebenarnya bukan komponen 1 sampai 8, tapi yang
no 9, emosi. Komponen emosi muncul sebagai hasil dari pemaknaan.
Nah, untuk memaafkan maka kita harus bisa menetralisir emosi ini.
Selama emosi tidak berhasil dinetralisir maka kekuatan penolakan, untuk
tidak memaafkan, akan sangat kuat. Re-edukasi pikiran bawah sadar,
misalnya memberikan pemaknaan baru terhadap kejadian yang tadinya dirasa
menyakitkan, baru bisa berjalan efektif, mudah, dan permanen saat emosi
ini telah kita bereskan. Untuk lebih jelas mengenai hal ini bisa
membaca Teori Tungku Mental.
Setelah emosi dibereskan maka kita tetap bisa mengingat semua
kejadian atau pengalaman namun sudah tidak lagi terpengaruh. Kita
mengingat pengalaman itu hanya sebagai suatu kenangan dengan intensitas
emosi yang netral.
Saat emosi berhasil dibereskan, saat inilah kita dinyatakan sembuh.
Jadi yang menjadi sumber masalah selama ini adalah emosi (negatif).
Apakah membereskan emosi harus dengan menggunakan hipnoterapi?
Wah ya nggak lah. Ada banyak teknik untuk bisa membereskan emosi ini.
Di QHI saya mengajarkan banyak teknik terapi dan variasinya. Cara yang
umumnya digunakan orang adalah dengan berusaha mengikis emosi ini
sedikit demi sedikit seiring dengan perjalanan waktu. Mereka berkata, “Time will heal the wound” atau
“Waktu yang akan menyembuhkan luka ini”. Ada lagi yang mencoba dengan
memberikan pemaknaan ulang, secara sadar. Ada yang menggunakan
pendekatan spiritual, dengan doa. Ada lagi yang curhat, atau menggunakan
teknik konseling. Dan masih banyak lagi deh.
Nah, dari pengalaman saya, yang paling cepat adalah dengan
menggunakan EFT. Ini yang paling mudah. Apalagi kalau menggunakan
Hypno-EFT. Dijamin lebih cespleng. Bisa juga pake NLP. Dan kalo semua
nggak bisa, terpaksa pake jurus pamungkas, memaafkan dengan bantuan
hipnoterapi.
Apa beda masing-masing teknik terapi ini?
Jika menggunakan NLP maka kita tidak akan mengotak-atik konten. Kita
tidak perlu tahu apa yang terjadi. Pertanyaan yang diajukan tidak
pernah, “Mengapa ini terjadi?” tapi “Bagaimana anda membuat emosi ini
muncul?” Di sini yang dicari adalah strategi yang mengakibatkan suatu
emosi muncul. Terapi dilakukan dengan mengubah strategi sehingga tidak
bisa memunculkan emosi itu lagi.
Dengan menggunakan Hypno-EFT maka kita memotivasi klien untuk berubah dan melepaskan emosi negatifnya. Ini adalah pendekatan waking hypnosis.
Selanjutnya kita mengotak-atik jalur meridien tubuh, dengan melakukan
ketukan pada titik-titik di tubuh dan dengan urutan tertentu. Hasilnya?
Sangat efektif. Saya bahkan sering menerapi klien jarak jauh dengan
menggunakan Hypno-EFT. Yang sering saya demonstrasikan adalah bagaimana
dengan cepat menyembuhkan phobia ular. Biasanya hanya butuh waktu
sekitar 2 menit.
Kalau dengan hipnoterapi caranya berbeda lagi. Kita akan menggunakan
teknik tertentu untuk menemukan akar masalah dan melepaskan emosi
negatif yang selama ini mengganggu hidup klien. Selanjutnya pikiran
klien anda direedukasi, memberikan pemaknaan baru, dan melakukan forgiveness.
Emosi yang saya maksudkan di sini tentunya emosi negatif yang
menggangu hidup kita. Namun, apakah emosi positif juga bisa dinetralisir
atau dihilangkan? Bisa.
Ada teknik yang bisa dengan sangat cepat menetralisir baik emosi
positif maupun negatif. Bahkan perasaan cinta juga bisa kita hilangkan
dengan sangat cepat. Semua bergantung kebutuhan, situasi, dan kondisi.
*)
Lima Kekuatan untuk Optimalisasi Pengembangan Potensi Diri
Merdeka!! Tepat di hari Minggu, 17 Agustus 2008, hari kemerdekaan RI ke
63, saya diundang talkshow di Malang bersama Y.M. Uttamo Mahathera.
Topik talkshow kali ini mengenai pengembangan potensi diri. Nah, ide
menulis artikel ini muncul di tengah serunya acara tanya jawab yang
dihadiri lebih dari 600 peserta.
Judul artikel ini mengatakan bahwa ada lima kekuatan yang bisa
digunakan untuk mengembangkan potensi diri. Apakah lima kekuatan itu?
Ini yang akan saya jelaskan secara urut di artikel ini.
Pertama, yaitu Kekuatan Keyakinan atau The Power of Belief. Mengapa
harus dimulai dengan Kekuatan Keyakinan? Keyakinan adalah fondasi untuk
melakukan apa saja. Kita baru akan bertindak bila kita merasa yakin
mampu melakukan sesuatu. Jika tidak yakin maka upaya yang kita lakukan
akan dikerjakan dengan setengah hati. Dan kita tahu, apapun yang
dilakukan dengan setengah hati, tanpa kesungguhan, maka hasilnya pasti
tidak akan pernah maksimal. Seringkali upaya kita, jika diawali dengan
perasaan tidak yakin, akan berakhir dengan kegagalan.
Yakin pun ada syaratnya, tidak asal yakin. Yakin yang saya maksudkan
di sini adalah yakin yang berlandaskan kebijaksanaan dan akal sehat.
Tidak asal “yakin” dan “ngotot”.
Mengapa harus dilandasi kebijaksanaan?
Ya, karena yakin ini sebenarnya ada tiga macam. Pertama, yakin yang
hanya bermain di level kognisi atau pikiran sadar. Kedua, yakin yang
bermain pada level afeksi atau pikiran bawah sadar. Ada lagi yakin yang
tipe ketiga yaitu yakin yang “ngaco” alias “ngawur”. Yakin tipe ini
adalah yakin yang berlebihan atau overconfident tapi tidak ekologis.
Yakin tipe ketiga ini sangat berbahaya. Ini ada satu cerita nyata.
Kawan saya pernah bercerita bahwa ada seorang kawannya, sebut saja Bu
Yuni, yang setelah mengikuti suatu pelatihan motivasi, menjadi begitu
semangat dan menjadi sangat-sangat yakin bahwa ia akan bisa sukses dalam
waktu yang sangat singkat dan mudah.
Sepulang dari pelatihan itu Bu Yuni dengan “haqul yaqin” (sangat
yakin) memutuskan bahwa ia dalam waktu maksimal 3 (tiga) bulan akan
menjadi orang kaya dan akan berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 3
Miliar. Benar, anda tidak salah baca, 3 bulan untuk Rp. 3 miliar. Ck..
ck… ck… sungguh dahsyat sekali.
Kekuatan kedua untuk mengembangkan potensi diri adalah dengan
Kekuatan Semangat atau The Power of Enthusiasm. Yang menjadi komponen
atau bagian dari Kekuatan Semangat adalah konsistensi, persistensi,
kegigihan, atau whatever it takes.
Tindakan yang dilandasi dengan suatu keyakinan yang teguh, bahwa kita
pasti bisa berhasil, pasti akan dilakukan dengan penuh semangat.
Semangat ini sebenarnya adalah motivasi intrinsik atau dorongan
bertindak yang berasal dari dalam diri kita. Kekuatan Semangat ini yang
membuat seseorang akan terus mencoba walaupun telah gagal berkali-kali.
Kekuatan Semangat ini yang mendasari peribahasa “Tidak ada yang namanya
kegagalan. Yang ada hanyalah hasil yang tidak seperti yang kita
inginkan”, “Winners never quit. Quitters never win”, “Tidak penting
berapa kali anda jatuh, yang penting adalah berapa kali anda bangkit
setelah anda jatuh.”
Kekuatan Semangat ini yang menjadi pendorong Thomas Edison untuk
terus mencoba walaupun ia telah berkali-kali “belum berhasil” menemukan
bahan yang sesuai untuk membuat bola lampu listrik. Kekuatan Semangat
ini pula yang mendorong Harland Sanders untuk terus menawarkan resep
ayam gorengnya yang istimewa Kentucky Fried Chicken, walaupun ia telah
ditolak berkali-kali.
Nah, bagaimana dengan kisah Bu Yuni? Saya lanjutkan ya ceritanya.
Bu Yuni, dengan bekal keyakinan yang “pasti” dan “kuat” memutuskan
untuk menjalankan suatu usaha yang akan menjadi kendaraannya untuk
mengumpulkan Rp. 3 miliar dalam waktu 3 bulan. Bu Yuni bekerja dengan
sungguh serius.
Kekuatan ketiga adalah Kekuatan Fokus atau The Power of Focus. Fokus
berarti kita hanya melakukan hal-hal yang memang berhubungan dengan
target yang ingin kita capai. Pikiran kita menjadi sangat tajam,
terpusat, seperti sinar laser yang siap untuk menembus berbagai
penghalang. Kita tidak akan membiarkan berbagai cobaan atau distraksi
membuat pikiran atau kegiatan kita menyimpang dari tujuan semula.
Saat Kekuatan Fokus bekerja kita akan sangat memperhatikan hal-hal
detil dalam upaya mencapai keberhasilan. Kekuatan Fokus ini yang
mendorong kita untuk menghasilkan master piece.
Sekarang saya lanjut lagi cerita tentang Bu Yuni. Apakah Bu Yuni
fokus? Oh, sangat fokus. Begitu fokusnya sehingga ia bisa melihat banyak
sekali peluang di sekitar dirinya. Bu Yuni mengajak kawannya kerjasama.
Ia bahkan bersedia menanamkan modal yang cukup besar untuk
mengembangkan bisnis kawannya karena ia yakin bisnis ini bisa memberikan
sangat banyak uang dalam waktu yang singkat. Bahkan saat kawannya, yang
selama ini telah menggeluti bisnis itu, mengatakan bahwa tidak mungkin
bisa secepat itu perkembangan bisnisnya, walaupun mendapat suntikan dana
besar, Bu Yuni tetap yakin, semangat, dan fokus berkata, “Ah, yang
penting yakin. Kalau yakin maka segala sesuatu mungkin terjadi.”
Kekuatan keempat adalah Kekuatan Kedamaian Pikiran atau The Power of
Peace of Mind. Kekuatan keempat ini sangat penting diperhatikan karena
ini merupakan barometer untuk menentukan apakah keyakinan kita terhadap
sesuatu itu ekologis atau tidak.
Saat kita yakin, semangat, dan fokus melakukan sesuatu maka kita
perlu memeriksa apakah kita merasakan ketenangan baik di pikiran maupun
di hati. Jika jawabannya “Tidak” maka kita perlu memeriksa ulang
keyakinan kita.
Kita perlu memeriksa apakah keyakinan kita itu sudah benar-benar
yakin ataukah lebih karena dorong emosi tertentu, misalnya emosi takut
atau keserakahan. Pada kasus Bu Yuni, ternyata ia sama sekali tidak
merasakan kedamaian. Hal ini tampak dalam kehidupannya. Bu Yuni, dalam
upaya mencapai targetnya, ternyata tidak mendapat dukungan dari
suaminya. Bu Yuni tetap memaksakan kehendaknya. Ia bersikeras bahwa
dengan keyakinannya yang pasti ia akan dapat mencapai apapun yang ia
inginkan.
Apa yang terjadi? Bu Yuni sering ribut dengan suaminya dan selalu tampak murung dan stress.
Bila keyakinan kita bersifat ekologis, didasari dengan pikiran yang
benar dan kebijaksanaan, maka saat kita bekerja keras dan giat untuk
mencapai impian-impian kita, pikiran dan hati kita akan tetap merasa
tenang, damai, dan bahagia. Ini adalah satu aspek penting yang jarang
sekali diperhatikan oleh kebanyakan orang.
Perasaan tenang, damai, dan bahagia merupakan indikasi bahwa apa yang
kita lakukan benar-benar kita yakini akan berhasil. Kita hanya tinggal
melakukan kerjanya saja dan sukses sudah pasti akan kita dapatkan.
Sukses hanyalah efek samping yang pasti akan terjadi.
Kekuatan kelima adalah Kekuatan Kebijaksanaan atau The Power of
Wisdom. Kekuatan ini sangat penting karena digunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap apa yang telah kita lakukan pada empat langkah
pertama.
Dengan menggunakan kebijaksanaan kita dapat melakukan evaluasi dengan
baik, benar,akurat, dan tanpa melibatkan emosi. Jika hasil yang dicapai
belum seperti yang kita inginkan maka dengan menggunakan kebijaksanaan
kita dapat mengetahui permasalahannya dan dapat meningkatkan diri kita.
Jika hasilnya sudah seperti yang kita inginkan maka, dengan
menggunakan kebijaksanaan, kita dapat mempertahankan dan meningkatkan
pencapaian itu. Kebijaksanaan juga digunakan untuk memeriksa keyakinan
atau kepercayaan yang menjadi langkah awal tindakan untuk mencapai goal.
Dengan bijaksana kita dapat memeriksa keabsahan keyakinan kita. Apakah
kita sudah benar-benar yakin secara benar ataukah kita sebenarnya tidak
yakin tapi memaksa diri yakin karena kita takut?
Bu Yuni ternyata tidak menggunakan Kekuatan Keyakinan dalam mengejar
impiannya. Setelah mendengar penjelasan kawan saya secara cukup detil
saya akhirnya menyimpulkan bahwa Bu Yuni ini sebenarnya tidak yakin
namun ia memaksakan kehendak, tanpa mempertimbangkan kondisi riil yang
sedang ia alami, untuk bisa sukses.
Ternyata emosi yang mendorong Bu Yuni untuk “Yakin” adalah
ketakutannya akan masa depan. Ia, setelah menghadiri seminar motivasi,
menjadi “sangat yakin” dengan apa yang diajarkan oleh si pembicara dan
akhirnya menjadi “buta” oleh emosinya sendiri.
Hal ini diperkuat lagi saat Bu Yuni mendapat peneguhan dari
mentornya, pembicara tadi, yang mengatakan, “Pokoknya, kalo kamu yakin,
maka kamu bisa mencapai apapun yang anda inginkan.”
Pembaca, belief seperti ini, yang menggunakan kata-kata “pokoknya”,
yang saya kategorikan sebagai “belief” yang perlu diwaspadai. Belief ini
seringkali tidak membumi dan menyesatkan.
Bila kita menggunakan lima kekuatan yang telah saya jelaskan dalam
artikel ini maka dengan bekal yakin, semangat, fokus, damai, dan
bijaksana niscaya kita akan dapat mengembangkan potensi diri secara
optimal.
* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind
Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology,pembicara publik,
dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan
luar negeri. Ia telah menulis dua belas best seller “Born to be a
Genius”, “Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success”,
“Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?”, “Hypnosis – The Art of
Subcsoncsious Communication”, “Becoming a Money Magnet”, “Kesalahan
Fatal dalam Mengejar Impian”, dan “Hypnotherapy: The Art of Subconscious
Restructuring”, “Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian”, “Kesalahan
Fatal Dalam Mengejar Impian 2, dan “Five Principles to Turn Your Dreams
Into Reality”, dan The Secret of Mindset . Adi dapat dihubungi melalui
email adi@adiwgunawan.com dan www.adiwgunawan.com.
No comments:
Post a Comment